"Denmark adalah negara impian bagi saya untuk mempelajari praktik keberlanjutan Denmark, khususnya dalam arsitektur dan perencanaan perkotaan. Denmark menjadi rumah bagi beberapa arsitek utama dan telah mengembangkan perusahaan lingkungan yang menerapkan arsitektur berkelanjutan, sebuah konsep yang pertama kali saya pelajari dalam gelar sarjana saya. Saya pertama kali menemukan Aarhus University (AU) ketika saya merujuk artikel Nils Bubandt dalam skripsi sarjana saya. Saya kemudian menemukan program bernama sustainable heritage management di AU, program interdisipliner dengan fokus pada arsitektur dan perubahan iklim. Di atas semua itu, saya pikir itu bisa menjadi peluang yang bagus, pindah ke Denmark, karena pada waktu itu destinasi populer bagi orang Indonesia yang ingin belajar di luar negeri adalah Inggris, Amerika Serikat, Jepang, Korea, Swedia, Jerman, dan Belanda," jelas Mutia.
"Saya merasa bahwa kesenjangan antara saya dan profesor-profesor di AU, atau pakar-pakar dari departemen lain, sangatlah kecil. Saya memiliki kebebasan untuk bertanya, memberikan dan mendiskusikan pendapat, serta mencari nasihat. Saya senang bahwa gelar master saya berfokus pada subjek tertentu namun juga memungkinkan untuk kolaborasi lintas disiplin. Selama tesis master, saya dibimbing oleh profesor David Harvey, yang memiliki latar belakang geografi. Dia tidak hanya berbagi banyak pengetahuan dengan saya, tetapi juga jaringan luasnya dalam perencanaan ekologi perkotaan yang bisa saya manfaatkan. Selain itu, saya sangat menikmati fasilitas belajar di Aarhus University seperti Royal Library dan perpustakaan di setiap departemen. AU juga memiliki kerjasama yang kuat dengan perusahaan-perusahaan besar melalui program-program mereka, yang memungkinkan para mahasiswa untuk bisa membangun jejaring. Selain itu, keseimbangan antara studi dan kehidupan sosial sangat kuat di sini, di mana selain belajar dan bekerja, memiliki kehidupan sosial dengan teman-teman sangat ditekankan dan didorong. Saya sering menikmati waktu bersantai bersama teman-teman di Studenterhus, yang berlokasi dekat kampus, tempat dimana biasanya mahasiswa pergi bersantai dan bersosialisasi. Selain itu saya senang bermain disc golf dengan teman-teman, di lapangan yang tersebar di seluruh kota yang dikelilingi oleh alam yang indah." Mutia tersenyum, mengenang pengalaman menyenangkan tersebut.
Dengan cepat ia menjawab, “Mencari pekerjaan paruh waktu sebagai orang yang tidak berbicara bahasa Denmark dan belajar bahasa Denmark.”
”Orang-orang disini sangat menjunjung nilai ’kepercayaan’. Dan juga budaya work/life balance, serta orang menghargai dan mengapresiasi pekerjaan kita, dan kenyataan bahwa surat rekomendasi sangat penting dimiliki untuk bisa dipekerjakan oleh sebuah perusahaan ”
“Ya,” Mutia tersenyum. “Lapangan disc gold di Tilst dan Vester Eng, serta jalur sepeda di sepanjang pantai menuju arah Moesgård”
“Ya. Walaupun bagi saya belajr Danish sangat menantang, namun saya menikmatinya. Saya masih memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan kelas bahasa Danish secara gratis sebagai mahasiswa internasional. Jadi saat ini saya berada di modul 5 Dansk uddannelse 3 atau setara dengan tingkat bahasa B1.”
"Saya membangun jejaring dan menghubungi orang-orang di LinkedIn yang pernah saya temui. Saya meminta umpan balik dari perusahaan-perusahaan yang menolak lamaran saya setelah beberapa kali wawancara. Saya juga melakukan kolaborasi tesis dengan sebuah perusahaan, yang memperkuat jaringan saya dengan mereka."
“Selama di AU, saya bekerja sebagai asisten mahasiswa di International Center di Aarhus University, dan kemudian saya magang di desain regeneratif dan digitalisasi BIM di Ramboll Swedia.”
”Selama program magang tersebut, saya aktif berjejaring dengan melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan, terbuka dengan berbagai peluang, serta mengikuti tantangan internal, dan menunjukkan semangat melalui kolaborasi tesis.”
Ia melanjutkan ceritanya, ”Pada akhirnya, tiga perusahaan menghubungi saya dengan tawaran pekerjaan berbasis di Swedia, dan semuanya datang melalui rekan kerja saya di perusahaan tempat saya magang. Saya akhirnya memilih tawaran pekerjaan dari Valbek, sebuah organisasi teknologi yang berfokus pada infrastruktur, air, bangunan, dan digitalisasi. Perusahaan ini berlokasi di Gothenburg dan Malmö. Saya kemudian ditempatkan di cabang Malmö sebagai BIM Specialist in Computational Design.”
"Pekerjaan mahasiswa saya membantu saya memahami budaya kerja Denmark dan menjalin hubungan dengan orang-orang yang bekerja di bidang atau perusahaan yang terkait dengan minat saya. Ini memungkinkan saya untuk meningkatkan potensi tawaran pekerjaan di masa depan."
"Budaya work and life balance, cara orang dengan sukarela menghargai pekerjaan kita, dan struktur hierarki yang sangat horizontal. Sebagai contoh, saya berada di suatu proyek di mana sebagian besar tim terdiri dari para ahli dan orang-orang dengan peran direktur, tetapi mereka masih sangat menghargai pendapat saya, ide saya, dan kontribusi saya dalam diskusi. Fleksibilitas dan kepercayaan di tempat kerja juga mengejutkan saya. Saya tidak perlu menunggu bos saya pulang sebelum diizinkan pulang, saya bisa langsung saja pulang. Saya juga memiliki fleksibilitas dalam jam kerja dan tempat kerja."
"Saya berharap dapat terus menginspirasi mahasiswa dan orang-orang untuk mengejar studi dan karier mereka di Scandinavia. Saya merasa ini penting untuk dilakukan tidak hanya sebagai mahasiswa internasional, tetapi khususnya sebagai karyawan non-EU di mana peraturan dan regulasinya berbeda dari warga negara EU."
"Saya juga berencana untuk menguasai bahasa Denmark. Meskipun saya akan bekerja di Malmo, saya tetap akan terus belajar bahasa Denmark. Ini akan menjadi tantangan tetapi saya sangat antusias tentang itu," ujarnya dengan semangat. "Mungkin jika ada kesempatan di masa depan, saya akan kembali untuk melanjutkan karier di Denmark."