Aarhus University Seal

Mardhatilla - Commercial and Retail Management

Mardha selalu punya ketertarikan dengan Skandinavia. Saat tiba waktunya mendaftar program magister, ia sudah tahu persis ke mana tujuannya. Sebuah kawasan yang sangat berbeda dari tanah kelahirannya di Indonesia. 

Kini, sambil menyiapkan langkah selanjutnya setelah kelulusan, Mardha melihat kembali perjalanan yang sudah ia tempuh di Aarhus, pengalaman-pengalaman berharga yang membentuknya hingga menjadi seperti sekarang.

Kesan dan Kehidupan Kuliah di Aarhus University

Kenapa memilih Denmark sebagai negara tujuan studi?

"Saya memang sejak lama tertarik dengan negara-negara Skandinavia, jadi saya sudah mempersempit pilihan universitas saya ke kawasan ini. Dua tahun lalu, saya sempat mengunjungi booth Aarhus University (AU) di EHEF Jakarta, dan di sana saya mulai tertarik dengan peluang studi yang sesuai dengan passion dan pengalaman kerja saya sebelumnya. Saat itu, saya juga bertemu dengan seorang alumni BSS yang berbagi kisah tentang pengalaman studinya di BSS dan bagaimana itu benar-benar mengubah hidupnya. Cerita itulah yang menginspirasi saya untuk mencoba mengalami perjalanan yang sama," ceritanya sambil tersenyum. "Selain itu, kami juga diberi kesempatan untuk mendapatkan dukungan melalui Danish Government Scholarship selama studi. Dari sanalah perjalanan saya di Aarhus University dimulai."

Bagaimana pengalaman yang dirasakan sejauh ini di Aarhus University?

"Det er spændende" (Sangat menyenangkan)! Saya bahkan sulit menceritakan semuanya karena begitu banyak pengalaman berkesan. Tapi ada beberapa hal yang paling berkesan. Kami selalu diberi tantangan dan kesempatan yang tak terbatas. Misalnya, ada banyak kompetisi studi kasus yang diadakan di AU untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah kami. Dalam kompetisi-kompetisi ini, kami bisa mengikuti sesi brainstorming bersama dosen untuk membahas topik tertentu, atau bahkan bertemu langsung dengan CEO atau manajer perusahaan, hanya untuk sekadar menyapa atau berdiskusi tanpa rasa sungkan. Selain itu, sistem dukungan dari teman-teman, dosen, dan organisasi kemahasiswaan sangat membantu kami dalam menjalani studi."

Apa tantangan terberat sebagai mahasiswa?

"Saya rasa, tantangan terbesarnya adalah kemampuan untuk melakukan begitu banyak hal dalam satu waktu, tapi di saat yang sama merasa kewalahan," katanya. "Menghadiri kelas, belajar, bekerja paruh waktu, mengikuti sprogskole (sekolah bahasa), ditambah tetap menjaga waktu untuk bertemu teman, membangun jaringan, dan berolahraga — semua itu kadang-kadang terasa cukup berat."

Apa hal yang paling mengejutkan bagimu?

"Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, saya benar-benar bersyukur bisa melewati semuanya. Dari situ saya sadar, saya ternyata bisa cukup fleksibel dan banyak berkembang sebagai pribadi."

Apakah kamu mempunyai tempat favorit di Aarhus?

Ia sempat berpikir sejenak. "Sebenarnya saya nggak bisa bilang ada satu tempat favorit," katanya sambil tertawa, "tapi mungkin kamar saya, karena saya suka bersantai. Selain itu, saya juga suka aktivitas di luar ruangan, seperti bersepeda atau lari bareng teman-teman, karena itu bisa berdampak positif untuk kesehatan mental kita."

Kerja Paruh Waktu, Persiapan Diri untuk Berkarier di Denmark, dan Rencana di Masa Depan

Bagaimana caramu mempersiapakan karier selama studi?

Sebagai mahasiswa di Aarhus BSS, Mardha menjelaskan, "Sebagai mahasiswa bisnis, penting untuk bisa menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan adaptabilitas. Karena itu, saya ikut beberapa kompetisi studi kasus di semester pertama dan kedua, lalu lanjut bekerja sebagai student assistant sambil tetap kuliah."

Apakah kamu memiliki pekerjaan paruh waktu dan bagaimana kamu mendapatkan pekerjaan pertamamu?

"Saya bekerja sebagai student assistant di LEGO, terlibat di unit bisnis Nordic. Saya melamar posisi ini lewat portal lowongan kerja mereka, mengikuti dua sesi wawancara dengan manajer perekrutan, dan akhirnya mendapat tawaran kerja," ceritanya sambil tersenyum.

Sebagai mahasiswa non-EU, Mardhatilla diperbolehkan bekerja hingga 90 jam per bulan di luar jam kuliah. Kebijakan ini memungkinkan mahasiswa non-EU untuk membantu mendukung kebutuhan finansial mereka selama studi di Denmark. Selain alasan finansial, Mardhatilla menambahkan, "Alasan saya ingin punya student job bukan hanya untuk mendapatkan pengalaman praktis, yang tentu saja sangat penting, tapi juga untuk mengenal budaya kerja di Denmark. Kedua hal ini benar-benar membantu saya mempersiapkan karier saya di masa depan di sini."

Bagaimana menurutmu kerja paruh waktu ini dapat membantumu untuk mempersiapkan karier di Denmark?

"Berada langsung di lingkungan kerja Denmark itu penting untuk mempersiapkan karier di sini, karena ada hal-hal yang tidak bisa dipelajari hanya dari buku, melainkan harus dialami sendiri. Jadi, saya sangat merekomendasikan mahasiswa lain untuk mencari pengalaman serupa, terutama bagi mahasiswa non-EU."

Apa yang paling mengejutkan bagimu tentang bekerja di Denmark?

Dengan yakin, ia menjawab, "Di sini hampir tidak ada konsep hierarki, artinya kita bisa berbicara dengan siapa saja, bahkan dengan atasan, atau makan siang bareng mereka," katanya dengan nada takjub. "Hal lain yang saya suka adalah kebiasaan mengucapkan 'God morgen' (selamat pagi) saat baru datang, bahkan kalau harus jalan dari satu sisi kantor ke sisi lain, dan juga mengucapkan 'Vi ses' (sampai jumpa) sebelum pulang. Rasanya selalu menyenangkan setiap kali saya masuk kantor. Di budaya kerja Indonesia, kita tidak terbiasa menyapa semua orang dengan selamat pagi, dan itu kadang terasa cukup membuat jarak. Tapi di sini, dengan mengucapkan salam, kita seperti saling mengakui satu sama lain sebagai rekan kerja, dan saya suka perasaan itu."

"Saat kita bilang 'morgen' (pagi), kadang kalau rekan kerja tahu kita baru pulang liburan, mereka akan menanyakan kabar atau cerita liburan kita. Rasanya menyenangkan saat ada yang peduli dan bertanya tentang perasaan kita. Ada rasa diterima dan merasa menjadi bagian dari lingkungan kerja, dan itu benar-benar membuat saya nyaman."

Apakah kamu belajar Danish?

Dengan wajah berseri-seri, ia langsung menjawab dalam bahasa Denmark, "Jeg lærer Dansk på sprogskole. Jeg taler lidt Dansk med min kollega på arbejde. Det er sjovt for dem at se jeg kunne tale lidt Dansk. Min kollega blev overrasket fordi jeg bestiller kaffen på Dansk."
(Dalam bahasa Indonesia: Saya belajar bahasa Denmark di sekolah bahasa. Saya berbicara sedikit dalam bahasa Denmark dengan rekan kerja saya. Mereka senang melihat saya bisa berbicara sedikit bahasa Denmark. Rekan saya bahkan sempat terkejut saat saya memesan kopi dalam bahasa Denmark.)

Apa harapanmu dimasa depan?

"Saya berharap yang terbaik, baik untuk diri saya sendiri maupun untuk kalian yang sedang membaca ini. Satu hal yang pasti, saya selalu berusaha memberikan yang terbaik dan tidak pernah menyerah."

Dengan mendapatkan pekerjaan sebagai student assistant di LEGO, Mardha banyak belajar tentang seluk-beluk budaya kerja di Denmark. Kini, di semester terakhirnya, Mardha benar-benar memanfaatkan semua fasilitas dan peluang yang ditawarkan universitas untuk para mahasiswa bisnisnya.