"Saya selalu mengagumi budaya Skandinavia. Menurut saya, memulai sebagai mahasiswa adalah cara terbaik untuk mengenal budaya tersebut, dan nantinya membangun karier di sana."
"Departemen Ilmu Komputer di Aarhus University sudah terkenal di dunia, khususnya dalam bidang kriptografi dan bahasa pemrograman. Rasanya luar biasa bisa duduk di kelas dan belajar langsung dari para peneliti terkemuka di bidang ini," lanjut Dadan. "Saya juga suka bagaimana di banyak mata kuliah, kami belajar lewat proyek kelompok yang praktis dan langsung diterapkan."
"Cuaca, sudah pasti. Saya memang sudah menduga Denmark akan dingin, tapi saya tidak menyangka anginnya bisa sekencang itu. Angin membuat hari yang tadinya hanya dingin biasa jadi terasa jauh lebih menusuk, bahkan kadang-kadang sampai sulit menjaga keseimbangan saat naik sepeda," ujarnya sambil tertawa. "Langit yang selalu mendung dan kurangnya sinar matahari di musim dingin juga kadang-kadang membuat suasana hati menjadi sendu."
"Saya cukup terkejut dengan betapa besarnya kepercayaan yang diberikan di sini. Kami dipercaya untuk membeli tiket sebelum naik bus kota, dan baru akan bertemu pemeriksa tiket kalau sedang 'beruntung'. Selain itu, kami juga dipersilakan untuk masuk ke banyak kawasan cagar alam dan dipercaya untuk menjaga keselamatan diri sendiri, karena tidak ada penjaga yang mengawasi."
"Dulu saya suka sekali bersantai dan berbaring di salah satu hammock di depan Domen setelah kelas hari Jumat. Sayangnya," katanya, "beberapa bulan terakhir ini cuacanya terlalu dingin untuk melakukan itu."
"Semester lalu, saya mengikuti kursus bahasa Denmark gratis dari pemerintah kota. Saat ini, saya sedang rehat sejenak untuk fokus menyelesaikan proyek tesis. Tapi saya tetap berlatih dengan rutin membaca berita, dan mencoba memberanikan diri berbicara dalam bahasa Denmark, setidaknya saat berbicara dengan kasir."
"Ya, saya bekerja sebagai student assistant di departemen Information Systems di Grundfos, sebuah perusahaan global yang merupakan produsen pompa air terbesar di dunia. Pada akhir tahun 2023, PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) dan IPA (Indonesian Professional Association) mengadakan program mentoring karier, dan saya ikut sebagai mentee. Waktu itu, saya beruntung dipasangkan dengan mentor yang bekerja di Grundfos, dan kebetulan sedang mencari student assistant di departemennya. Saya merasa sangat beruntung mendapat kesempatan tersebut, sehingga saya berusaha keras untuk membuktikan bahwa saya layak dipilih."
"Saya rasa student job adalah cara yang sangat baik untuk mengenal budaya kerja di Denmark sekaligus membangun koneksi di perusahaan tempat saya bekerja," tambah Dadan. "Saya juga percaya pengalaman kerja sebagai mahasiswa sangat dihargai oleh para perekrut."
"Sebelum saya datang untuk studi di Denmark, saya sudah memiliki sekitar 3,5 tahun pengalaman bekerja di beberapa startup di Indonesia. Saya masih cukup kaget dengan betapa santainya ritme kerja di sini (bahkan cenderung lambat) dibandingkan dengan pengalaman kerja saya sebelumnya di Indonesia. Saya rasa bagian 'santai' memang bagian dari budaya kerja Denmark, sedangkan bagian 'cenderung lambat' mungkin karena perbedaan antara bekerja di startup dan bekerja di perusahaan besar."
“Yang paling mengejutkan bagi saya tentang bekerja di Denmark adalah standar gaji yang saya terima dari kedua pekerjaan yang saya lakukan. Walaupun hanya bekerja 12 jam per minggu, saya dapat menutupi pengeluaran bulanan dengan cukup, bahkan saya masih dapat menabung.”
“Lebih lanjut, budaya kerja disini sangat menekankan diskusi terbuka, perlakuan terhadap karyawan sebagai rekan sejawat yang setara, dan juga penekanan sehatnya prinsip work-life balance. Nilai ini mencakup produktivitas yang sehat dan kesejahteraan karyawan, linear dengan prinsip yang sangat saya hargai.”
"Saya sangat berharap bisa mendapatkan pekerjaan dan tetap tinggal di Denmark (khususnya di Aarhus) setelah lulus. Namun, saya juga tetap membuka diri terhadap peluang di kawasan sekitarnya."